THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 15 Januari 2013

Run to you



Saat cinta dipertemukan…
Kau tidak mampu melawan egomu yang mengatakan dia adalah kesalahan…
Berapapun banyaknya cara yang kau pikirkan untuk menyingkirkannya dari hidup, hati dan pikiranmu,, dia tetap diam dipikiranmu…
Kau tidak mampu menahan perasaan rindumu yang terbayar saat pertama kali kau bertemu dengannya…
Dia… adalah kebenaran sejati yang kau anggap kesalahan saat kau belum memahami arti hadirnya…
***
            “Aku tidak mengerti dirinya… bahkan mungkin juga dirinya sendiri tidak memahami dirinya…” ujar Clara kepada rekan kerjanya yang juga secara tidak sengaja mempertemukan Clara dengan seorang pria yang saat ini tengah mengejarnya.
            “Apa maksudmu?” Tanya Fedi kepada gadis di hadapannya itu. “Rando pria yang baik.. dia pria tampan dan memiliki segalanya yang para gadis inginkan.” Lanjut Fedi.
            Clara menatap dingin kearah Fedi. “Tapi aku juga mengerti, bahwa dia dan kau adalah dua orang pria yang tergabung dalam komunitas pria yang berpikir bahwa gadis manapun bisa kau beli dengan ketampanan dan kedudukan...”
            Fedi sedikit terkejut mendengar perkataan Clara barusan. Dia menjadi sedikit tidak enak karena pernyataanya menyinggung gadis itu. “Ayolah... bukan begitu maksudku. Kau ini sensitif sekali... aku hanya tidak mengerti kenapa kau terus-terusan menolaknya?” tanya Fedi kemudian sambil merapihkan meja kerjanya.
            “Kau pikir aku mau menjadi pelariannya? Aku tau dia baru saja beberapa bulan putus dengan kekasihnya. Tidak mungkin secepat itu dia mampu melupakan gadisnya kan.. kenapa aku harus menutupi lukanya?” ujar Clara cepat dengan volume suara yang cukup besar.
            Fedi memberi bahasa isyarat kepada Clara untuk sedikit memperkecil volume suaranya. Karena saat itu, rekan-rekan kerja mereka lainnya tengah menatap heran kearah mereka berdua. “Baiklah aku mengerti...” Fedi terdiam sejenak. Lalu dia melangkah mendekat ke meja kerja Clara yang sebenarnya berada tepat di samping meja kerjanya. “Kau harus belajar untuk mengerti bahwa semua orang tidak sama seperti yang kau pikirkan...” kata Fedi sambil pergi meninggalkan ruangannya.
***
            Rando menatap Clara penuh makna. Ada dua rasa yang saat ini bercampur menjadi satu di dalam hatinya. Senang. Tentu saja... Hari minggu ini dia tidak harus menghabiskannya sendiri di kamar dengan menonton DVD, atau hanya pergi bersama teman-temannya. Hari ini dia bersama gadis yang setiap detiknya selalu berusaha untuk menolaknya. Memang ini bukan pertama kalinya dia pergi dengan Clara. Hanya saja, biasanya Clara selalu mengajak teman-temannya untuk ikut. Campuran rasa yang kedua adalah Sakit. Ya... Rasanya melihat orang yang kau suka ada dihadapanmu itu sangat menyenangkan. Tapi saat dia tidak juga mengerti bahwa kau benar-benar tulus mencintainya, maka kau akan merasakan sakit yang mendalam. Itulah yang dirasakan Rando.
            Clara meraih coklat bar yang diulurkan oleh Rando untuknya. “Terima kasih...” katanya sambil meletakan coklat itu di pangkuannya.
            “Iya...” balas Rando singkat. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah danau yang terbentang luas di hadapannya. Menatap sekumpulan angsa yang dengan anggunnya bermain diatas air.
            Clara juga tampak menikmati pemandangan indah danau itu. Dia baru pertama kali datang ke tempat itu. Dan Rando sepertinya berhasil membuat gadis itu menyukai harinya.
            “Kau suka tempat ini?” tanya Rando kemudian. Dia melihat Clara menganggukkan kepalanya tanda bahwa gadis itu menyukainya. “Angsa.. kau tau angsa adalah lambang cinta sejati?”
            Clara menoleh cepat ke arah Rando. Secepat itu pula dia menjawab pertanyaan Rando, “Aku tau. Dan kau tidak perlu menjelaskannya..” katanya sambil kembali mengalihkan pandangannya ke arah danau itu.
            Rando tertawa kecil. “Kau memang...”
            “Berbeda...” potong Clara. “Itukan yang ingin kau katakan...” lanjutnya. Membaca raut kebingungan di wajah Rando, Clara akhirnya mengerti apa yang harus dia katakan selanjutnya. “Belum ada satu pria pun yang mendekatiku yang mengatakan bahwa aku sama seperti gadis lain. Kau tau kenapa? Itu karena kau dan mereka baru melihatku. Jadi aku tampak berbeda dari gadis kebanyakan. Jika kulanjutkan hingga ke hubungan yang serius, mereka akan menemukan bahwa aku sama saja dengan gadis lain. Itu pria... dan aku paham.”
            Rando tertawa kecil. Dia paham maksud gadis ini. Dia pasti bosan mendengar gombalan-gombalan dari pria-pria yang pernah mendekatinya. Rando tidak pernah punya kesempatan untuk mengungkapkan keindahan gadis itu karena Clara tidak suka dan dia seperti hapal dengan gombalan pria. Meskipun dia sama sekali tidak ingin merayu gadis itu. “Kau berbeda karena kau adalah kau. Kau bukan gadis lain. Gadis lain itu juga berbeda.. karena mereka bukan kau...”
            Clara tidak menanggapi perkataan Rando. Karena itu Rando kembali melanjutkan perkataanya. “Apa aku sama saja dengan pria lain?”
            “Iya sama saja... mengejarku walaupun aku menolak...” jawab Clara singkat. Setelah diam sejenak, Clara melanjutkan perkataannya. “Aku akan penasaran jika pria itu tidak mengejarku...”
            “Ya aku tau... tapi aku ingin terus seperti ini mengejarmu.. meski aku tampak sama seperti pria lain..”
            “Apa kau tidak lelah terus mengejarku?”  Tanya Clara singkat.
            “Apa kau tidak lelah terus menolakku?” Bukannya menjawab pertanyaan Clara, Rando malah ikut melontarkan perntanyaan yang hampir mirip dengan pertanyaan Clara. Dan hal itu membuat Clara sedikit jengkel.
            “Baiklah aku ingin pulang..” Clara berdiri dengan cepat. Sementara itu Rando sedikit tersentak dan segera berdiri dan mendekat ke arah Clara.
            “Tolong jangan begini.. aku tau aku salah. Kita tidak perlu membahasnya lagi.. bagaimana kalau membicarakan hal lain saja?” tanya Rando mencoba menenangkan suasana.
            Clara menarik nafas panjang. “Tidak. Aku tidak ingin membicarakan hal lainnya denganmu. Aku ingin kau melupakanku saja. Kau tidak bisa semudah itu menjadikanku tempat pelarianmu. Kau tidak mungkin melupakan seseorang yang telah banyak menghabiskan waktunya bersamamu dengan cepatnya. Aku tidak ingin mengambil alih pikiranmu dari gadis itu dan sesekali merasa sakit saat aku tau kau masih mengingatnya... aku tidak sebaik itu...”
            “Apa itu artinya kau memiliki rasa kepadaku? Kau hanya tidak mau karena kekhawatiranmu tentang dia?” tanya Rando sambil mencegah kepergian Clara.
            Clara menghempaskan tangan Rando. Dia sedikit ragu untuk menjawab dan juga tidak tau harus menjawab apa. Dia mengatakan pada Fedi bahwa dia tidak mengerti pria dihadapannya, tapi sebenarnya dia lebih tidak mengerti akan dirinya. “Tidak. Kau hanya tidak mampu mengartikan perkataanku...”
***
            Kenapa ada yang kurang?
            Itulah pertanyaan yang kerap kali dilontarkan oleh hati kecil Clara. Sudah kurang lebih satu setengah tahun sejak hari itu. Hari dimana dia meminta Rando untuk melupakannya. Sejak hari itulah sepertinya ada sesuatu yang hilang. Sementara dia tidak pernah merasakan hal yang sama ketika pria lain mulai meninggalkannya karena ketidakmampuan pria itu untuk mengejarnya lagi.
            Tidak. Rando adalah kesalahan.
            Pernyataan itulah yang kerap muncul untuk menghilangkan kembali Rando dari benaknya. Rando bukan orang yang tepat karena dia masih menyimpan kenangannya bersama gadis lain. Dan dia sudah benar-benar pergi. Tidak terdengar lagi kabarnya. Begitupun dengan Fedi yang sama sekali tidak mengatakan apapun tentang Rando. Clara memang pernah menaruh hati pada Rando, tapi kekhawatirannya yang selalu mengalahkan perasaanya. Dia berusaha keras untuk tidak menyukai Rando sama sekali.
            Tiba-tiba, seseorang mengejutkan Clara dan membuyarkannya dari lamunan singkatnya. “Ini undanganmu... kau harus membawanya kalau tidak kau tidak bisa masuk ke dalam. Ingat ya, disana adalah waktu yang tepat untuk kau mencari nasabah baru...” ujar Hani sambil memberikan undangan peresmian kantor cabang sebuah perusahaan minyak yang menjadi klien bank di tempat Clara bekerja.
            “Iya baiklah... terima kasih ya...” ucap Clara sambil mengembangkan senyumnya.
***
            Dua pasang mata itu kini beradu. Seperti ada kerinduan yang saat itu juga terbayar. Di pesta ini, mereka dipertemukan kembali. Rando. Pria itu berdiri tepat di hadapan Clara dengan segelas anggur merah. Dia... menatap Clara dengan penuh kerinduan, dengan tatapan yang sama seperti dulu. Tetap tulus dan hangat. Sementara itu, dari arah berlawanan, Clara pun menatapnya penuh kerinduan.
            “Kau suka pestanya?” tanya Rando memecahkan keheningan diantara mereka berdua.
            “Aku tidak suka...” jawab Clara singkat.
            “Aku tau itu.. apa karena ada aku?” tanya Rando lagi.
            Clara tersenyum tipis. Dia tidak menjawab pertanyaan Rando. Clara kemudian mengalihkan pandangannya ke arah panggung dimana saat itu seorang wanita tengah bernyanyi. Rando memegang lengan Clara dan mengajaknya untuk keluar. Awalnya Clara menolak, namun akhirnya gadis itu menerima ajakan Rando untuk pergi keluar meninggalkan pesta. Hingga mereka sampai di teras gedung.
            “Apa kau masih membenciku?” tanya Rando.
            Clara terdiam sejenak dan kemudian dia menjawab perntanyaan Rando. “Aku tidak pernah membencimu..”
            “Lalu perasaan jenis apa yang kau miliki untukku?”
            “Aku tidak tau..” jawab Clara singkat.
            Rando tidak ingin melanjutkan perntanyaan mengenai perasaan Clara. Dia menggantinya dengan pertanyaan lain. “Apakah sudah cukup satu setengah tahun ini untuk meyakinkanmu bahwa aku sudah tidak memiliki rasa padanya?”
            Clara menoleh. Dia kemudian menatap lekat pria disampingnya itu. “Aku tidak tau.. aku tidak mengerti...”
            “Mungkin kau berpikir aku benar-benar pergi darimu... membuang perasaanku padamu dan mencari cinta yang baru. Aku tidak melakukannya karena aku tidak bisa. Meski aku tampak berhenti, sebenarnya saat kau berlari aku juga ikut berlari untuk mengejarmu. Aku hanya berlari dari tempat yang tidak terlihat olehmu... tapi dari tempat itu, aku bisa melihatmu.. kemanapun kau berbelok...”
            Ternyata dia benar-benar tidak berhenti mengejarnya. Clara mengerti maksud perkataan Rando. Bahwa Rando sebenarnya mengawasinya dari kejauhan tanpa sepengetahuannya. Itulah yang dilakukan pria ini...
            “Aku tidak mampu kembali ke masa lalu untuk menghapus kenangan-kenangan yang salah demi dirimu... sebagian orang pernah menjalani kisah yang salah dengan orang lain sebelum bertemu dengan belahan jiwanya. maka aku memberikanmu waktu untuk mengerti bahwa aku menginginkanmu bukan karena aku ingin melupakan siapapun. Aku ingin bersamamu karena kau seperti seseorang yang sangat kurindukan saat aku melihatmu...”
            Kedua mata Clara mulai berkaca-kaca. Dia tidak percaya bahwa dia telah melewati seseorang yang sangat dia cintai. Dia tidak mampu mengalahkan egonya dengan cinta. Tapi dia tidak akan mengulangi kebodohan itu.
            “Dan aku tidak mampu lagi menolak perasaanku padamu...” ucap Clara.

0 komentar: