Saat
cinta dipertemukan…
Kau
tidak mampu melawan egomu yang mengatakan dia adalah kesalahan…
Berapapun
banyaknya cara yang kau pikirkan untuk menyingkirkannya dari hidup, hati dan
pikiranmu,, dia tetap diam dipikiranmu…
Kau
tidak mampu menahan perasaan rindumu yang terbayar saat pertama kali kau
bertemu dengannya…
Dia…
adalah kebenaran sejati yang kau anggap kesalahan saat kau belum memahami arti hadirnya…
***
“Aku tidak mengerti dirinya… bahkan
mungkin juga dirinya sendiri tidak memahami dirinya…” ujar Clara kepada rekan
kerjanya yang juga secara tidak sengaja mempertemukan Clara dengan seorang pria
yang saat ini tengah mengejarnya.
“Apa maksudmu?” Tanya Fedi kepada
gadis di hadapannya itu. “Rando pria yang baik.. dia pria tampan dan memiliki
segalanya yang para gadis inginkan.” Lanjut Fedi.
Clara menatap dingin kearah Fedi. “Tapi aku juga mengerti, bahwa dia dan kau adalah dua
orang pria yang tergabung dalam komunitas pria yang berpikir bahwa gadis
manapun bisa kau beli dengan ketampanan dan kedudukan...”
Fedi
sedikit terkejut mendengar perkataan Clara barusan. Dia menjadi sedikit tidak
enak karena pernyataanya menyinggung gadis itu. “Ayolah... bukan begitu
maksudku. Kau ini sensitif sekali... aku hanya tidak mengerti kenapa kau
terus-terusan menolaknya?” tanya Fedi kemudian sambil merapihkan meja kerjanya.
“Kau
pikir aku mau menjadi pelariannya? Aku tau dia baru saja beberapa bulan putus
dengan kekasihnya. Tidak mungkin secepat itu dia mampu melupakan gadisnya kan..
kenapa aku harus menutupi lukanya?” ujar Clara cepat dengan volume suara yang
cukup besar.
Fedi memberi
bahasa isyarat kepada Clara untuk sedikit memperkecil volume suaranya. Karena saat
itu, rekan-rekan kerja mereka lainnya tengah menatap heran kearah mereka
berdua. “Baiklah aku mengerti...” Fedi terdiam sejenak. Lalu dia melangkah
mendekat ke meja kerja Clara yang sebenarnya berada tepat di samping meja
kerjanya. “Kau harus belajar untuk mengerti bahwa semua orang tidak sama
seperti yang kau pikirkan...” kata Fedi sambil pergi meninggalkan ruangannya.
***
Rando
menatap Clara penuh makna. Ada dua rasa yang saat ini bercampur menjadi satu di
dalam hatinya. Senang. Tentu saja... Hari minggu ini dia tidak harus
menghabiskannya sendiri di kamar dengan menonton DVD, atau hanya pergi bersama
teman-temannya. Hari ini dia bersama gadis yang setiap detiknya selalu berusaha
untuk menolaknya. Memang ini bukan pertama kalinya dia pergi dengan Clara. Hanya
saja, biasanya Clara selalu mengajak teman-temannya untuk ikut. Campuran rasa
yang kedua adalah Sakit. Ya... Rasanya melihat orang yang kau suka ada
dihadapanmu itu sangat menyenangkan. Tapi saat dia tidak juga mengerti bahwa
kau benar-benar tulus mencintainya, maka kau akan merasakan sakit yang
mendalam. Itulah yang dirasakan Rando.
Clara
meraih coklat bar yang diulurkan oleh Rando untuknya. “Terima kasih...” katanya
sambil meletakan coklat itu di pangkuannya.
“Iya...”
balas Rando singkat. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah danau yang
terbentang luas di hadapannya. Menatap sekumpulan angsa yang dengan anggunnya
bermain diatas air.
Clara
juga tampak menikmati pemandangan indah danau itu. Dia baru pertama kali datang
ke tempat itu. Dan Rando sepertinya berhasil membuat gadis itu menyukai
harinya.
“Kau
suka tempat ini?” tanya Rando kemudian. Dia melihat Clara menganggukkan
kepalanya tanda bahwa gadis itu menyukainya. “Angsa.. kau tau angsa adalah
lambang cinta sejati?”
Clara
menoleh cepat ke arah Rando. Secepat itu pula dia menjawab pertanyaan Rando, “Aku
tau. Dan kau tidak perlu menjelaskannya..” katanya sambil kembali mengalihkan
pandangannya ke arah danau itu.
Rando
tertawa kecil. “Kau memang...”
“Berbeda...”
potong Clara. “Itukan yang ingin kau katakan...” lanjutnya. Membaca raut
kebingungan di wajah Rando, Clara akhirnya mengerti apa yang harus dia katakan
selanjutnya. “Belum ada satu pria pun yang mendekatiku yang mengatakan bahwa
aku sama seperti gadis lain. Kau tau kenapa? Itu karena kau dan mereka baru
melihatku. Jadi aku tampak berbeda dari gadis kebanyakan. Jika kulanjutkan
hingga ke hubungan yang serius, mereka akan menemukan bahwa aku sama saja
dengan gadis lain. Itu pria... dan aku paham.”
Rando
tertawa kecil. Dia paham maksud gadis ini. Dia pasti bosan mendengar
gombalan-gombalan dari pria-pria yang pernah mendekatinya. Rando tidak pernah
punya kesempatan untuk mengungkapkan keindahan gadis itu karena Clara tidak
suka dan dia seperti hapal dengan gombalan pria. Meskipun dia sama sekali tidak
ingin merayu gadis itu. “Kau berbeda karena kau adalah kau. Kau bukan gadis
lain. Gadis lain itu juga berbeda.. karena mereka bukan kau...”
Clara
tidak menanggapi perkataan Rando. Karena itu Rando kembali melanjutkan
perkataanya. “Apa aku sama saja dengan pria lain?”
“Iya
sama saja... mengejarku walaupun aku menolak...” jawab Clara singkat. Setelah diam
sejenak, Clara melanjutkan perkataannya. “Aku akan penasaran jika pria itu
tidak mengejarku...”
“Ya aku
tau... tapi aku ingin terus seperti ini mengejarmu.. meski aku tampak sama
seperti pria lain..”
“Apa kau
tidak lelah terus mengejarku?” Tanya Clara
singkat.
“Apa kau
tidak lelah terus menolakku?” Bukannya menjawab pertanyaan Clara, Rando malah
ikut melontarkan perntanyaan yang hampir mirip dengan pertanyaan Clara. Dan hal
itu membuat Clara sedikit jengkel.
“Baiklah
aku ingin pulang..” Clara berdiri dengan cepat. Sementara itu Rando sedikit
tersentak dan segera berdiri dan mendekat ke arah Clara.
“Tolong
jangan begini.. aku tau aku salah. Kita tidak perlu membahasnya lagi..
bagaimana kalau membicarakan hal lain saja?” tanya Rando mencoba menenangkan
suasana.
Clara
menarik nafas panjang. “Tidak. Aku tidak ingin membicarakan hal lainnya
denganmu. Aku ingin kau melupakanku saja. Kau tidak bisa semudah itu
menjadikanku tempat pelarianmu. Kau tidak mungkin melupakan seseorang yang
telah banyak menghabiskan waktunya bersamamu dengan cepatnya. Aku tidak ingin
mengambil alih pikiranmu dari gadis itu dan sesekali merasa sakit saat aku tau
kau masih mengingatnya... aku tidak sebaik itu...”
“Apa itu
artinya kau memiliki rasa kepadaku? Kau hanya tidak mau karena kekhawatiranmu
tentang dia?” tanya Rando sambil mencegah kepergian Clara.
Clara
menghempaskan tangan Rando. Dia sedikit ragu untuk menjawab dan juga tidak tau
harus menjawab apa. Dia mengatakan pada Fedi bahwa dia tidak mengerti pria
dihadapannya, tapi sebenarnya dia lebih tidak mengerti akan dirinya. “Tidak. Kau
hanya tidak mampu mengartikan perkataanku...”
***
Kenapa
ada yang kurang?
Itulah pertanyaan
yang kerap kali dilontarkan oleh hati kecil Clara. Sudah kurang lebih satu
setengah tahun sejak hari itu. Hari dimana dia meminta Rando untuk
melupakannya. Sejak hari itulah sepertinya ada sesuatu yang hilang. Sementara dia
tidak pernah merasakan hal yang sama ketika pria lain mulai meninggalkannya
karena ketidakmampuan pria itu untuk mengejarnya lagi.
Tidak.
Rando adalah kesalahan.
Pernyataan
itulah yang kerap muncul untuk menghilangkan kembali Rando dari benaknya. Rando
bukan orang yang tepat karena dia masih menyimpan kenangannya bersama gadis
lain. Dan dia sudah benar-benar pergi. Tidak terdengar lagi kabarnya. Begitupun
dengan Fedi yang sama sekali tidak mengatakan apapun tentang Rando. Clara
memang pernah menaruh hati pada Rando, tapi kekhawatirannya yang selalu
mengalahkan perasaanya. Dia berusaha keras untuk tidak menyukai Rando sama
sekali.
Tiba-tiba,
seseorang mengejutkan Clara dan membuyarkannya dari lamunan singkatnya. “Ini
undanganmu... kau harus membawanya kalau tidak kau tidak bisa masuk ke dalam. Ingat
ya, disana adalah waktu yang tepat untuk kau mencari nasabah baru...” ujar Hani
sambil memberikan undangan peresmian kantor cabang sebuah perusahaan minyak
yang menjadi klien bank di tempat Clara bekerja.
“Iya
baiklah... terima kasih ya...” ucap Clara sambil mengembangkan senyumnya.
***
Dua pasang
mata itu kini beradu. Seperti ada kerinduan yang saat itu juga terbayar. Di pesta
ini, mereka dipertemukan kembali. Rando. Pria itu berdiri tepat di hadapan
Clara dengan segelas anggur merah. Dia... menatap Clara dengan penuh kerinduan,
dengan tatapan yang sama seperti dulu. Tetap tulus dan hangat. Sementara itu,
dari arah berlawanan, Clara pun menatapnya penuh kerinduan.
“Kau
suka pestanya?” tanya Rando memecahkan keheningan diantara mereka berdua.
“Aku
tidak suka...” jawab Clara singkat.
“Aku tau
itu.. apa karena ada aku?” tanya Rando lagi.
Clara
tersenyum tipis. Dia tidak menjawab pertanyaan Rando. Clara kemudian
mengalihkan pandangannya ke arah panggung dimana saat itu seorang wanita tengah
bernyanyi. Rando memegang lengan Clara dan mengajaknya untuk keluar. Awalnya Clara
menolak, namun akhirnya gadis itu menerima ajakan Rando untuk pergi keluar
meninggalkan pesta. Hingga mereka sampai di teras gedung.
“Apa kau
masih membenciku?” tanya Rando.
Clara
terdiam sejenak dan kemudian dia menjawab perntanyaan Rando. “Aku tidak pernah
membencimu..”
“Lalu
perasaan jenis apa yang kau miliki untukku?”
“Aku
tidak tau..” jawab Clara singkat.
Rando
tidak ingin melanjutkan perntanyaan mengenai perasaan Clara. Dia menggantinya
dengan pertanyaan lain. “Apakah sudah cukup satu setengah tahun ini untuk
meyakinkanmu bahwa aku sudah tidak memiliki rasa padanya?”
Clara
menoleh. Dia kemudian menatap lekat pria disampingnya itu. “Aku tidak tau.. aku
tidak mengerti...”
“Mungkin
kau berpikir aku benar-benar pergi darimu... membuang perasaanku padamu dan
mencari cinta yang baru. Aku tidak melakukannya karena aku tidak bisa. Meski aku
tampak berhenti, sebenarnya saat kau berlari aku juga ikut berlari untuk
mengejarmu. Aku hanya berlari dari tempat yang tidak terlihat olehmu... tapi
dari tempat itu, aku bisa melihatmu.. kemanapun kau berbelok...”
Ternyata
dia benar-benar tidak berhenti mengejarnya. Clara mengerti maksud perkataan
Rando. Bahwa Rando sebenarnya mengawasinya dari kejauhan tanpa
sepengetahuannya. Itulah yang dilakukan pria ini...
“Aku
tidak mampu kembali ke masa lalu untuk menghapus kenangan-kenangan yang salah
demi dirimu... sebagian orang pernah menjalani kisah yang salah dengan orang
lain sebelum bertemu dengan belahan jiwanya. maka aku memberikanmu waktu untuk
mengerti bahwa aku menginginkanmu bukan karena aku ingin melupakan siapapun. Aku
ingin bersamamu karena kau seperti seseorang yang sangat kurindukan saat aku
melihatmu...”
Kedua
mata Clara mulai berkaca-kaca. Dia tidak percaya bahwa dia telah melewati
seseorang yang sangat dia cintai. Dia tidak mampu mengalahkan egonya dengan
cinta. Tapi dia tidak akan mengulangi kebodohan itu.
“Dan aku
tidak mampu lagi menolak perasaanku padamu...” ucap Clara.
0 komentar:
Posting Komentar