THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 02 Januari 2013

Canon in Love Bab 19 - End



BAB 19

            Rupanya cewek itu pergi ke warnet yang tak begitu jauh dari Paul Coffee Shop. Batin Nikson dalam hati. Dengan nafas terengah-engah karena kelelahan mengejar Moni, Nikson pun berjalan mencari dimana Moni. Ketemu!! Nikson langsung menghampiri Moni yang tengah tergesa-gesa membuka situs milik Raka. Lalu dia duduk di samping Moni untuk ikut mengetahui tentang isi dari blog tersebut.
            Sambil deg-degan, Moni dan Nikson menunggu halaman blog tersebut muncul di layar computer. Untung saja, koneksi internetnya lumayan cepat. Jadi tidak membuang waktu terlalu lama untuk menunggu.
            Pertama kali situs blog Raka yang muncul adalah halaman beranda. Raka mendesain blognya dengan rapih. Di bagian banner bertuliskan sebuah kalimat yang berbunyi ‘Welcome to my site’. Dan di halaman beranda itu, ada sebuah tulisan yang ditulis oleh Raka tiga tahun yang lalu. Tanggal yang tertera di blog itu adalah tanggal dimana Raka dan Moni mengukir kenangan indah untuk terakhir kalinya.
            Sebenarnya, blog ini nggak gue buka untuk umum. Tapi… kalau blog ini selamanya tersembunyi, nanti akan ada seorang cewek yang marah dan sedih karena penasaran dengan kepergian gue. Sepahit apapun, dia harus tau semua hal yang gue sembunyiin selama ini. Walaupun, gue nggak mau liat dia sedih. Tapi, semua ini adalah kenyataan yang nggak bisa dihindari.
            Blog ini, gue tujukan untuk cewek yang gue sayang dan juga buat sahabat gue yang gue sayang juga. Maafin gue karena gue bikin kalian nunggu gue. Gue harap… kalian berdua mengerti.
            Begitulah bunyi tulisan yang ditaruh di halaman berada. Di samping blog tersebut ada beberapa menu navigasi yang terdiri dari Beranda, Cinta dan Sahabat, dan About RK. Yang aneh, kenapa menu navigasi About RK malah ditaruh di paling bawah. Entahlah, mungkin Raka ingin mengurutkannya dari yang lebih penting terlebih dahulu.
            Moni membuka menu navigasi Cinta dan Sahabat terlebih dahulu. Dia membukanya berdasarkan urutannya. Mungkin saja memang itu maunya Raka. Di menu Cinta dan Sahabat, tidak terdapat banyak tulisan. Hanya ada sedikit tulisan yang berbunyi “Ini untuk cinta gue (MV) dan sahabat gue (NK)”. Hanya itulah yang tertulis di sana.
            Tapi ada sebuah video di bawah tulisan itu. Sebuah video yang dibuat oleh Raka sendiri. Moni dan Nikson saling berpandangan. Mereka bingung dengan apa sebenarnya isi video tersebut. Nikson menganggukkan kepalanya, meminta Moni untuk segera mengklik tombol play. Moni menurut dan mereka berdua siap untuk menyaksikan isi video tersebut.
Untuk cinta dan sahabat gue
Moni dan Nikson
            Begitulah awal video itu dimulai. Dengan sebuah judul yang menyelipkan nama Moni dan Nikson. Lalu, terlihat Raka di sana sedang duduk di sebuah tempat tidurnya dengan wajah lusuh dan pucat. Raka mengawalinya dengan melemparkan senyum tipis ke arah kamera dan memulai kalimatnya.
            Hai Mon, Hai Nik…
Begitulah bunyi kalimat pembuka dari Raka.
            Sebelumnya, gue mau minta maaf sama kalian, karena gue udah bohong sama kalian. Dengan lo juga Mon… maaf gue bohong sama lo. Dan lo Nik, sorry karena gue nggak cerita sama lo tentang masalah gue…
            Sebenernya…. Gue bingung mau mulai semuanya dari mana. Tapi… gue harus cerita sama kalian. Gue sakit… gue… gue sakit… kanker darah. Dari sebelum gue pindah ke sekolah lo Mon.
            Waktu itu, gue sakit. Tapi gue nggak pernah bilang sama siapapun, termasuk nyokap gue. Setelah gue berobat ke dokter, ternyata dokter bilang gue terserang kanker stadium I. Tapi, gue nggak mau bikin nyokap dan bokap gue sedih… karena Cuma gue yang mereka punya. Jadi… selama itu, gue diem dan nggak pernah cerita ke siapapun.
            Sampai… suatu ketika, gue temuin sebuah situs yang ngebahas tentang film kesukaan lo Mon. Pemeran utama di film itu, kayak gue… dia sakit juga. Dan gue, tertarik untuk nonton film cengeng.
            Sampai akhirnya kita ketemu… Awalnya, gue ngerasa lo hanya seperti angin yang berhembus. Akan hilang gitu aja… tapi, setelah gue nonton film itu, gue jadi punya keinginan untuk buat sisa hidup gue biar lebih berarti. Dan, selama ini, gue belum pernah jatuh cinta. Lo, cinta pertama gue Mon…
            Gue sengaja pindah ke sekolah lo Mon, dan ninggalin sahabat gue dari SMP Cuma buat nemuin lo. Karena gue pengen manfaatin waktu gue dengan ngebuatnya lebih indah. Dan ternyata, lo bisa buat hidup gue lebih indah. Cara lo memandang gue berbeda dengan orang lain. Nggak pernah ada cewek nyolot dan jutek kayak lo yang pernah gue temuin. Lo kasih hari-hari gue jadi lebih berwarna dan lebih indah… gue, selalu nantiin untuk berantem sama lo Mon… Maaf ya, kalo lo marah.
            Dan, waktu gue nggak masuk sekolah, gue nggak pernah bolos kok. Tapi… penyakit gue kambuh. Gue selalu antisipasi supaya gue nggak kambuh di sekolah. Saat itulah, Nyokap gue tau kalau gue sakit… Tapi kanker gue udah mencapai stadium II. Dari situ juga nyokap gue minta gue nggak main futsal lagi. Lo tau semuanya kan Mon…
            Nyokap dan Bokap gue, Cuma punya gue… jadi waktu mereka tau kalau gue sakit, mereka langsung ngusahain supaya gue bisa sembuh. Gue pikir, penyakit kanker nggak bisa sembuh, ternyata bisa…
            Ortu gue, mau bawa gue ke Amerika, tapi… gue nggak mau dan minta waktu ke mereka sampai kenaikan kelas Mon… gue pengen sama-sama lo. Awalnya, ortu gue nggak setuju, tapi akhirnya mengerti Mon… dan ngijinin gue untuk tinggal disini sampai kenaikan kelas. Dan gue, menjalani pengobatan seadanya…
            Sampai akhirnya, kenaikan kelas… gue harus pergi. Bahkan waktu liburan, nyokap gue langsung bawa gue ke Amerika dan nggak akan bawa gue pulang lagi ke Jakarta. Tapi… lagi-lagi gue minta waktu sama nyokap gue. Selama satu minggu… gue pengen liat lo Mon. Untuk terakhir kalinya Mon…
            Selama ini, gue nggak pernah bilang kalau gue sayang sama lo… Bukan karena gue takut Mon. gue nggak mau buat lo sedih… gue nggak mau buat lo terlibat terlalu jauh… gue nggak boleh egois dan buat lo cinta sama gue. Gue nggak tau, apa gue bisa bertahan hidup atau nggak.
            Mon… Nikson udah sampein semua kan sama lo… Gue sayang sama lo. Tapi, mungkin lebih baik lo lupain gue… Lo harus lupain gue… Lo pasti bisa dapetin seseorang yang lebih baik dari gue. Dan, makasih ya, lo udah buat gue seneng karena secara nggak sengaja lo pernah bilanng sayang kan ke gue… hehe… Itu kalimat yang paling gue seneng.
            Mon… sampai gue mati, gue nggak akan pernah lupain lo. Gue akan ingat semua kenangan yang pernah kita lewati Mon… Gue akan selalu inget kenangan kita. Kenangan waktu kita main piano berdua, kenangan waktu kita berdua mengejar pelangi supaya bisa ngeliat pelangi itu lebih jelas, kenangan waktu lo dateng untuk jemput gue buat tanding futsal, kenangan di halte… semua itu… hal yang paling gue suka. Gue nggak akan pernah lupain kenangan itu Mon… Karena gue sayang sama lo.
            Dan buat Nikson… gue juga sayang sama lo. Lo sahabat yang paling ngertiin gue. Lo sahabat yang nggak egois. Gue mohon sama lo, Lo jagain Moni ya… Gue mohon… Maafin gue juga karena gue nggak pernah certain ini sama lo. Gue nggak mau nyusahin siapapun Nik… Jujur gue kangen banget, nongkrong bareng minum kopi sama lo… Lo inget ya Nik, kurangin minum kopi. Lo bisa darah tinggi tau kalau lo terlalu banyak minum kopi. Gue nggak mau liat temen gue sakit….
            Kalau pengobatan gue berhasil dan gue sembuh… Gue pasti pulang. Tapi, kalau gue nggak pulang…
            Tiba-tiba Raka memutuskan kalimatnya. Ada seseorang yang masuk ke kamarnya. Mungkin mamanya. Cepat-cepat Raka mematikan kamera dan… video itu selesai sampai disitu saja. Kalimat Raka terputus dan video itu tidak selesai…
            Moni menagis melihat isi video itu. Dia nggak menyangka kalau Raka ternyata sakit. Begitupun Nikson yang juga nggak percaya kalau sahabatnya itu sakit. Toh, selama ini Raka selalu terlihat baik-baik saja. Dia nggak pernah terlihat sakit. Dia selalu terlihat baik-baik saja.
            Moni teringat waktu Farant sakit. Sama seperti Raka, Farant pun menyembunyikan rasa sakitnya. Dia menahannya sendiri, sampai-sampai penyakitnya kronis. Dan saat itu ada satu kalimat Farant yang tiba-tiba terlintas di benak Moni. “Anak cowok memang gitu…” lalu… “Sifat-sifat dasar cowok… nggak mau dibilang lemah, cengeng, manja, dan nggak mau bikin Bunda dan adiknya khawatir berlebihan. Haha… percaya deh.. rata-rata anak cowok itu maunya dibilang kuat, hebat, mandiri, dan nggak cengeng…”
            Moni melepaskan tangisnya. Dia sudah nggak kuat lagi untuk melihat tulisan Raka. Dia menoleh kea rah Nikson. “Apa artinya… Raka…”
            Nikson terdiam. Dia tidak menjawab. Sementara Moni, dengan spontan menangis di pundak Nikson. Nikson membiarkan Moni melepas tangisnya. Sementara, dia melihat-lihat isi blog Raka lainnya.
            Di bagian menu About RK, tertulis tentang keseharian Raka dan tentang referensi penyakitnya. Dalam blog itu, Raka menceritakan kejadian tentang pertama kali dia mengetahui tentang penyakitnya, sampai dia menemukan cinta pertamanya dan memutuskan untuk pergi ke Amerika. Dia bilang, dia ingin sembuh dan ingin mengejar cintanya kalau dia berhasil sembuh. Di blog itu juga, Raka menceritakan tentang Moni, bagaimana Moni memperlakukannya, bagaimana agar Raka bisa berhubungan dengan Moni, dan semua kejadian yang dilaluinya bersama Moni. semua tertulis lengkap, beserta tanggal kejadian… dan semuanya ditulis antara tiga sampai empat tahun yang lalu.
            Tubuh Nikson tiba-tiba lemas. Dia juga sudah nggak kuat lagi membaca semua tulisan Raka. Dia nggak tau bagaimana keadaan Raka sekarang. Dia nggak percaya kalau Raka sudah nggak ada. Begitupun Moni, dia juga nggak percaya kalau Raka udah meninggal.
            “Gue nggak percaya… Gue nggak percaya… Raka masih hidup!!” teriak Moni sambil menggoncangkan tubuh Nikson.
            Nikson hanya terdiam. Yang ada dipikirannya saat ini adalah menjaga Moni untuk Raka. Tidak membiarkan cewek itu terluka sedikitpun, apalagi menderita. Akan melakukan segala hal yang pernah dilakukan Raka kepada cewek itu. Ya… dia akan melakukannya.

0 komentar: